Kamis, 15 Januari 2009

SEKTOR PERTANIAN MASIH DOMINAN


SEKTOR PERTANIAN MASIH DOMINAN

Etos Kerja yang Tinggi dan didukung oleh Peralatan Modern
akan dapat meningkatkan produksi Pertanian Simanlungun


Sektor pertanian hingga kini masih mendominasi sumber pendapatan daerah dibandingkan dengan sektor lain. oleh sebab itu masalah pertanian menjadi suatu faktor strategis yang penting mendapat perhatian Pemerintah Otonomi Daerah ( OTDA ) Simalungun.
Tanaman bawah merah, daerah Gudang,
di Kampung Purbasaribu, (foto/BCS)

Wilayah Simalungun terhampar luas kurang lebih 4.386,6 km2 atau 6,12% dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Hampir seluruh wilayah ini subur dan menjanjikan kemakmuran bagi rakyat Simalungun. Inilah yang dimanfaatkan oleh kolonial Belanda pada waktu itu membuka perkebunan di daerah ini. PT. Perkebunan Nusantara IV ( Persero ) salah satu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) hasil nasionalisasi oleh pemerintah Indonesia yang banyak memproduksi CPO ( Curd Palm Oil ) disamping pohon karet. Selain perkebunan milik pemerintah ini juga terdapat perkebunan milik rakyat yang ditanami karet, kelapa sawit, kopi, kelapa dan coklat dan lain-lain. Areal persawahan yang cukup luas ditanami padi dan tanah ditanami sayur-mayur, jahe dan cabai, umbi-umbian, kacang-kacangan, jagung, kentang dan lain sebagainya yang cukup memberikan kontribusi terhadap penghasilan masyarakat Simalungun.

Berdasarkan data Badan Statistik Pemda Simalungun ( edisi 2006 ) setiap Kecamatan mempunyai Wilayah Tanah Usaha ( WTU ) yang seluruhnya seluas kurang lebih 418.660 Ha dari luas wilayah Simalungun 4.368,6 Km persegi. Selebihnya adalah areal nonproduktif (tidak boleh diolah) karena merupakan hutan lindung dan serapan air hujan agar tdak mengakibatkan erosi dan banjir dan kelestarian lingkungan hidup.
Dari 418.660 Ha hanya dapat dimanfaatkan untuk pertanian seluas 298.229 Ha. Hal ini mungkin disebabkan tidak tersedianya modal kerja masyarakat setempat untuk mengolah areal Tanah Usaha tersebut. Lahan tanah usaha tersebut pada umumnya masih diolah secara tradisional.

Apabila areal pertanian ini diolah dengan menggunakan peralatan modern, maka areal panen semakin luas sehingga akan memperoleh produksi yang berlipat ganda. Kelebihan hasil panen akan dapat digunakan untuk keperluan lain terutama untuk meningkatkan pendidikan anak cucunya sampai ke perguruan tinggi. Akan tetapi, kenyataannya sekarang, pendapatan rata-rata keluarga masih rendah dibandingkan dengan kabupaten lain sekitarnya, terutama Kabupaten Karo.

Potensi alam kita cukup memadai, namun belum bisa di explorasi untuk sebanyak mungkin memenuhi kebutuhan masyarakat Simalungun.

Etos kerja yang tinggi dan didukung oleh peralatan pertanian yang modern akan dapat meningkatkan produksi pertanian. Dengan meningkatnya produksi pertanian, diharapakan PAD akan meningkat pula. Oleh karena itu sistem pengolahan hasil pertanian dari tradisional selayaknya diarahkan ke sistem pengolahan semi industri dengan menggunakan alat pengolah tanah semi modern seperti "traktor"dsb. Masyarakat mengharapkan Pemda Simalungun untuk memfasilitasi pengadaan peralatan pengolah tanah tersebut agar beban para petani menjadi ringan. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan bantuan pemerintah daerah untuk mempersiapakan mesin-mesin lain seperti, " mesin pengering", yang berdaya guna ganda ( multi function ) bukan hanya digunakan untuk mengeringkan padi, juga dapat digunakan untuk mengeringkan hasil-hasil pertanian yang lain yang membutuhkan pengeringan agar kwalitas komoditi dimaksud tetap terjamin. Ingat...! Kwalitas produksi pertanian sangat erat hubungannya dengan harga jual komoditi yang bersangkutan.

Pengadaan peralatan pertanian modern ini selayaknya menjadi perhatian pemerintah otonomi daerah Simalungun dengan memanfaatkan dana PAD. Sedangkan dana proyek pembangunan yang dialokasikan dalam DAU ( Dana Alokasi Umum ) dari pemerintah pusat semaksimalnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, meningkatkan kwalitas sara perhubungan, transportasi dan telekomunikasi.

Masyarakat juga mengharapkan perhatian Pemda dan Dinas Pertanian Daerah untuk menyediakan bibit-bibit tanaman pangan unggulan dan tanaman produksi lainnya yang berguna untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sudah saatnya hasil pertanian kita diproses menjadi suatu komoditi siap untuk dikonsumsi agar masyarakat mendapat nilai tambah. Ambil saja contoh pohon bambu, selain bahan untuk membuat keranjang dapat juga diolah menjadi komoditi lainnya seperti tusuk gigi, sumpit yang biasanya selalu tersedia di restauran dan warung-warung kecil lainnya termasuk di hotel-hotel berbintang. Komoditi ini bisa diekpor ke luar negeri tentunya dengan menyesuaikan spesifikasi, kwalitas, dan budaya yang berlaku di negara tujuan export seperti Singapura, Jepang, dan negara lain yang biasa menggunakannya. Selain itu masih banyak lagi hasil pertanian dan bahan makanan yang bisa diolah menjadi berbagai macam makanan yang siap di konsumsi seperti pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan, beras ketan, kentang, jagung terdapat di Simalungun. Kalau anda pernah berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat, anda akan menemukan beberapa berbagai macam makanan yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian seperti tersebut diatas.

Untuk itu masyarakat sangat membutukan perhatian Pemda dan Pemko untuk melakukan terobosan baru bersinerji dengan instansi lain secara terpadu. Mencari pasar produk pertanian dan " strategic partner " sebagai agen untuk memasarkan hasil-hasil pertanian baik di pasar lokal maupuan pasar international melalui Atase Perdagangan Kedutaan besar RI di luar negeri.
Hal ini sangat penting karena pertanian masih dominan untuk meningkatkan PAD Simalungun.
Elistriani Purba/SC. Silakan juga kunjungi Post kami lainnya.

Tidak ada komentar: